Senin, 12 November 2012

TANGGA

Tangga merupakan konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat.
Dari segi penggunaan bahan, tangga terbagi atas :
1.    Konstruksi tangga kayu, untuk bangunan sederhana dan semi permanen. Pertimbangan : material kayu ringan, mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi profil dan difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui oleh beban-beban yang berat, lebarnya terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas dan cahaya.
2.    Konstruksi tangga baja, biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponen-komponen strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh garam akan mempercepat proses karat begitupun bila ditempatkan terbuka akan menambah biaya perawatan.
3.    Konstruksi tangga beton, sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2 (dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan.
4.    Konstruksi tangga batu/bata, konstruksi ini mulai jarang digunakan karena sudah ketinggalan dalam bentuk, kekuatan, efisiensi pembuatannya, dana sangat terbatas dalam penempatannya.
Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional Kompensasi telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk pembangun tangga untuk membantu menghilangkan beberapa penyebab yang bertanggung jawab untuk banyak kecelakaan.
1.    Tangga harus bebas dari goncangan keras.
2.    Mudah ditemukan oleh semua orang.
3.    Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga antara pegangan tangan dengan dinding.
4.    Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama.
5.    Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci pegangan tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen.
6.    Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan yang halus dan bebas dari serpihan.
7.    Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh derajat dan tidak kurang dari dua puluh derajat.
8.    Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku yang menonjol.

A.    BAGIAN – BAGIAN TANGGA

Ibu tangga :

Merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat anak tangga. Material yang digunakan untuk membuat ibu tangga misalnya antara lain, beton bertulang, kayu, baja, pelat baja, baja profil canal, juga besi.Kombinasi antara ibu tangga dan anak tangga biasanya untuk bu tangga misalnya, beton bertulang di padukan dengan anak tangga dari bahan papan kayu, bisa juga keduanya dari bahan baja, untuk ibu tangga menggunakan profil kanal untuk menopang anak tangga yang menggunakan pelat baja.

Anak Tangga :

Merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian cukup penting. Karena sering dilalui untuk naik turun pengguna, bahan permukaan anak tangga harus benar-benar aman, nyaman agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan seperti terpeleset karna licin atau terlalu sempit. Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian horizontal (pijakan datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak tangga untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk bagian vertical langkah atasnya berkisar antara 15-18 cm. untuk ukuran tangga darurat biasanya bagian vertical mencapai 20 cm.

Ukuran lebar tangga juga penting diperhatikan, untuk panjang atau lebar tangga pada hunian tempat tinggal adalah minimal 90 cm. sedangkan untuk tangga servis biasanya lebih kecil, yaitu 75 cm.

Railing :

Merupakan pegangan dari tangga. Material yang bisa digunakan bermacam jenis nya. Misalnya menggunakan pegangan dari bahan kayu, besi hollow bulat, baja, dll. Terkadang saya juga sering jumpai tangga yang tanpa railing, dan ini penting untuk diperhatikan, misalnya menjaga anak-anak yang ingin menaiki tangga, jangan sampai terjatuh karena tidak ada railingnya.

Ukuran pegangan railing tangga dengan ukuran diameter 3,8 cm merupakan ukuran yang bisa mengakomodasi sebagian besar ukuran tangan manusia.

Untuk kenyamanan pegangan tangga, perlu diperhatikan juga jarak antara railing pegangan tangga dengan jarak tembok, jarak 5 cm saya rasa sudah cukup.

Bordes :

Bordes biasa juga disebut Landing. Merupakan bagian dari tangga sebagai tempat beristirahat menuju arah tangga berikutnya. Bordes juga berfungsi sebagai pengubah arah tangga. Umumnya, keberadaan bordes setelah anak tangga ke 15. Kenyamanan bordes juga perlu diperhatikan, untuk lebarnya harus diusahakan sama dengan lebar tangga.

Baluster :

Merupakan penyangga pegangan tangga, biasanya bentuknya mengarah vertical. Material baluster bisa terbuat dari kayu, besi, beton, juga baja. Terkadang juga saya pernah melihat material baluster menggunakan kaca. Untuk keamanan dan kenyamanan pengguna tangga, usahakan jarak antar baluster tidak terlalu jauh, terutama untuk keamanan anak kecil.Untuk ukuran ketinggian baluster, standarnya kurang lebih antara 90-100 cm.


B.    JENIS TANGGA

1.    Tangga Utama

Tangga utama berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta ke lintasan utama pada bangunan gedung antar lantai tingkat dalam kondisi keseharian karena menjadi sirkulasi utama maka pada tangga utama harus memenuhi persyaratan kenyamanan pemakaian untuk naik maupun turun yang tidak melelahkan dan membahayakan pemakainya.

Syarat tangga utama :

a.    Letak tangga berada pada sirkulasi utama bangunan, mudah dilihat dan dijangkau dari pintu masuk bangunan dan mempunyai penerangan yang cukup baik dari alam maupun buatan.
b.    Mempunyai penerangan yang cukup khususnya buatan.
c.    Memenuhi persyaratan kenyamanan pemakain, misalnya;

    Sudut kemiringan tangga 28°-35°
    Jumlah anak tangga sampai bordes maksimal 12 trap
    Tinggi trap anak tangga maksimal 19 cm
    Lebar bordses = ½ lebar ruang tangga
    Perbandingan antrede : optrede memenuhi rumus (a + 2.O = 62 cm s/d 65 cm)
    Perhitungan jumlah anak tangga : [2(n + 1) = t/O]
    Perhitungan lebar bordes ; [P = (a x n) + b]
    Harus dicek ; (b = ½ l)

2.    Tangga Darurat

Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya. Seperti kebakaran dan gempa bumi.



Syarat tangga darurat :

a.    Letaknya berhubungan dengan dinding luar bangunan dan mempunyai pintu akses keluar gedung.
b.    Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya selama 3 jam.
c.    Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bisa dibuka dari luar untuk penyelamatan penghuni.
d.    Dilengkapi cerobong pengisap asap di samping pintu masuk.
e.    Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu peneragnan dengan supply baterai darurat.

C.    BENTUK TANGGA

1.    Tangga Lurus MODEL I

Tangga ini sering juga disebut atau dikenal dengan nama One Wall Stair. Tangga ini menerus dari bawah ke atas tanpa adanya belokan. Tapi terkadang ada juga yang berisi bordes atau tempat istirahat sementara.Tangga jenis ini sangat banyak memerlukan lahan dan cocok untuk rumah yang luas. Selain itu bagian yang berada dibawah tangga bisa dimanfaatkan menjadi ruangan tertentu.


2.    Tangga Berbelok Arah - Model L

Disebut dengan Tangga Model L karena tangga ini berbentuk seperti huruf L yang pada bagian tertentu berbelok arah.Tangga Jenis ini banyak digunakan pada hunian minmalis modern karena hemat tempat dan pas.


3.    Tangga Berbalik Arah - Model U

Tangga paling umum digunakan oleh masyarakat kita. Hampir sama dengan tangga model L, hanya saja tangga model ini pada ketinggian tertentu tidak hanya berbelok arah tapi berbalik arah dari arah datang. Tidak terlalu membutuhkan ruang seluas tangga model I ataupun U. Sangat umum digunakan di unit-unit perumahan yang rata-rata tidak terlalu luas. Ruang bawah tangga lebih luas dibandingkan dengan model I dan L, bahkan bisa digunakan untuk kamar mandi atau gudang.


4.    Tangga Bercabang - Model Y

Adalah tangga yang bercabang. Bentuknya mirip huruf ‘Y’ dengan bordes sebagai pusat tangga. Biasanya pada rumah-rumah besar. Tangga jenis ini memakan ruang yang cukup luas bahkan sangat luas untuk menampilkan kesan megah dan mewah. Alurnya, naik dari bawah kemudian pada area peralihan atau bordes, arah tangga berikutnya akan bercabang ke kiri dan kekanan. Biasanya dari lantai 1 ke lantai 2. Jarang ada yang menggunakan untuk step tangga berikutnya karena tangga bentuk ini fungsi estetisnya lebih ditonjolkan. Selain dirumahrumah mewah biasanya dibangun di gedung-gedung penting.

5.    Tangga Putar - Model Spiral

Tak memiliki lahan yang luas untuk menempatkan tangga? Gunakan tangga putar. Tangga putar ini kadang ada yang menyebutnya tangga spiral.Tangga ini adalah tangga yang paling hemat tempat. Biasanya hanya membutuhkan area tidak lebih dari 1,5mx1,5m. Sering digunakan sebagai tangga menuju loteng atau tempat jemuran. Penempatannya kadang-kadang di luar ruangan. Bahan material pembuat tangga ini biasanya dari besi karena relatif mudah untuk dibuat melengkung atau spiral. Lebar rata-rata anak tangga horizontal adalah 60 cm. sedang tinggi injakan anak tangga biasanya lebih tinggi dari tangga lain yaitu rata-rata 25 cm. Hanya untuk dilewati satu orang. Tangga ini lebih menekankan fungsi dari pada keindahan meskipun ada juga yang membuatnya tampil menarik.

6.    Tangga Melingkar

Bisa jadi inilah tangga yang paling mewah, karena bentuknya yang sangat artistik karena melengkung dimana lengkungannya menciptakan keindahan ruang. Biasanya digunakan pada rumah yang luas dan memiliki atap yang tinggi. Jika memilih mempunyai tangga melingkar, sebaiknya jangan gunakan ruang bawah tangga untuk fungsi apapun karena bisa mengurangi tampilan tangga. Lebih cocok untuk model rumah type klasik, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk yang diterapkan pada rumah minimalis.













BALOK

Balok akan menerima beban dari plat yang ada di atasnya dan dari berat beton itu sendiri. Pembebanan pada sebuah balok menimbulkan tegangan tarik, desak dan geser.
Satu balok beton mampu memikul desakan di atas sumbu netral, tak mempunyai kemampuan yang berarti dalam menahan tarikan di bawah sumbu ini. Agar supaya balok dapat berfungsi dengan baik, pada daerah tarik harus diberi suatu tahanan atau luasan balok di bagian ini harus ditulangi.
Bilamana batang tulangan ditempatkan pada bagian bawah balok, tepatnya di dekat permukaan tarik yang terluar, kekuatan balok tak lagi dibatasi oleh kuat tarik beton dan pemberian tulangan untuk mencegah geseran horisontal, sehingga balok dapat menjadi kuat baik di dalam menahan tarikan maupun desakan.
Agar supaya dapat memperoleh keuntungan sebesarbesarnya dari tulangan, maka harus dipasang sedekat mungkin pada dasar balok. Bagaimanapun juga, perlu diberi selimut beton untuk mencegah korosi dan memberikan daya tahan terhadap api yang diperlukan.
Persyaratan-Persyaratan Teknis Konstruksi Balok  
Selimut beton (beton deking) pada balok  minimal untuk kontruksi:
   – Di dalam          : 2,0 cm
   – Di luar             : 2,5 cm
   – Tidak kelihatan : 3,0 cm

Komponen lantai atau atap bangunan gedung struktur beton bertulang dapat berupa pelat dengan seluruh beban yang didukung langsung dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya ke pondasi bangunan. Namun, bentangan struktur pelat demikian tidak dapat panjang karena pada ketebalan tertentu (termasuk berat sendiri) menghasilkan struktur yang tidak hemat dan praktis.
Oleh karena itu, telah banyak dikembangkan jenis sistem struktur pelat yang bertujuan untuk memperoleh bentangan sepanjang mungkin dengan masalah beban mati sekecil mungkin. Salah satu di antaranya sistem balok induk dan balok anak terdiri dari pelat yang bertumpu pada balok anak dan membentuk rangka dengan balok induk serta kolom sebagai penopang struktur keseluruhan.
Pada sistem ini bisa saja balok anak dan balok induk dicetak menjadi satu kesatuan monolit dengan pelat atau bisa juga balok anak dan balok induk bukan merupakan satu kesatuan monolit dengan pelat baik dengan cara pracetak maupun cetak ditempat.
1.    Balok Induk, adalah semua balok yang melintang tanpa topang pada seluruh lebar bangunan dan pada kedua ujungnya bertumpu pada kolom. (biasanya mempunyai bentang ± 3 meter).
2.    Balok Anak, adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok induk, digunakan untuk memperkecil petak-petak lantai disetiap ruangan. (biasanya mempunyai bentang ± 2 meter).
3.    Balok Bagi, adalah balok yang pada kedua ujungnya bertumpu pada balok anak atau balok induk atau pada salah satunya bertumpu pada balok anak atau balok induk. Digunakan untuk memperkecil petak-petak lantai disetiap ruangan. (biasanya mempunyai bentang ± 1 meter).

JENIS DINDING

1.    Retaining Wall (Dinding Penahan)
Retaining Wall atau Dinding penahan merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Bangunan dinding penahan umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu, beton hingga baja.
Ada pula beberapa jenis dinding penahan, yaitu :
    Gravity retaining wall
Yaitu jenis retaining wall yeng dibuat dengan sederhana seperti dari pasangan batu dan dipengaruhi oleh berat itu sendiri. Dan volume tanah yang menahan dinding sendiri.

    Semigravity retaining wall
Yaitu retaining wall yang dibuat denagn perkuatan tulangan, penggunaan tulanagn ini membantu mereduksi ukuran dinding.

    Cantilever retaining wall
Yaitu retaining wall yang diperkuat dengan tulangan baja batang tipis dan disertai tulangan yang kuat.

    Contenfort retaining wall
Yaitu retaining wall yang mirip dengan cantilever retaining wall  hanya saja pada suatu interval tertentu dipasang pengikat antar diding dan landasan dasar berupa potongantipis beton yang dipasang vertical (counterfort) untuk mengurangi geser dan momen lentur.
Untuk dapat memperkirakan dan menghitung kestabilan dinding penahan, diperlukan menghitung tekanan ke arah samping (lateral). Karena massa tanah berupa butiran, maka saat menerima tegangan normal baik akibat beban yang diterima tanah maupun akibat berat kolom tanah di atas kedalaman atau duga tanah yang kita tinjau, akan menyebabkan tekanan tanah ke arah tegak lurus atau ke arah samping.
Tegangan inilah yang disebut sebagai tegangan tanah lateral (lateral earth pressure). Tengangan tanah akibat kolom tanah tersebut merupakan besaran tegangan efektif yang sebanding dengan H. Pengetahuan tentang tegangan lateral ini diperlukan untuk pendekatan perancangan kestabilan. Tekanan tanah lateral dibedakan menjadi tekanan tanah lateral aktif dan tekanan lateral pasif.
Tekanan lateral aktif adalah tekanan lateral yang ditimbulkan tanah secara aktif pada struktur yang kita selenggarakan. Sedangkan tekanan lateral pasif merupakan tekanan yang timbul pada tanah saat menerima beban struktur yang kita salurkan pada secara lateral.
Besarnya tekanan tanah sangat dipengaruhi oleh fisik tanah, sudut geser, dan kemiringan tanah terhadap bentuk struktur dinding penahan.

2.    Bearing Wall (Dinding Struktur)

Bearing wall atau dinding struktur adalah dinding yang menopang beban yang ada di atasnya dan menyalurkannya ke pondasi struktur. Bahan yang biasanya digunakan untuk membangun bearing wall di gedung-gedung besar adalah beton, kayu dan batu bata.

    Berdasarkan jenis bangunannya, dinding struktur diukur dengan ketebalan yang tepat untuk menopang beban di atasnya. Apabila tidak dilakukan pengukuran yang tepat, bisa jadi dinding luar menjadi tidak stabil jika beban melebihi kekuatan material yang digunakan hal ini berpotensi menyebabkan runtuhnya struktur.

3.    Partition Wall (Dinding Partisi)

Sesuai dengan namanya dinding partisi memang dikhususkan untuk sekat antar ruang. Karena di desain sebagai sekat antara ruang satu dan yang lain, dinding ini memiliki desain konstruksi yang lebih praktis dan ringan dibanding dengan konstruksi dinding yang lain.

Bahan partisi untuk dinding jenis ini termasuk bagus dan murah. Sayangnya dinding ini tidak bisa digunakan untuk dinding luar (eksterior). Ini disebabkan sifat bahannya yang kurang menjamin faktor keamanan dari gangguan luar. Disamping tidak cocok untuk konstruksi terbuka, dinding jenis ini juga tidak dirancang untuk memikul beban yang berat. Dinding macam ini banyak digunakan sebagai bahan penyekat ruangan, terutama di perkantoran.

Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm. Bahan lain yang bagus untuk partisi adalah papan semen fiber glass. Bahan tersebut terbuat dari campuran semen dan fiber glass sehingga sangat kuat.

Senin, 05 November 2012

Eco Arch


Dalam lingkungan alam, terdapat berbagai ekosistim dengan masing-masing siklus
hidupnya, dimana siklus hidup setiap mahmuk hidup mempunyai hubungan timbal balik
dengan yang organik dan anorganik, demikian juga dengan manusia. Manusia untuk
kelangsungan hidupnya juga membutuhkan penunjang kehidupaan yang organik dan
anorganik. Yang organik adalah semua yang berasal dari alam dan dapat kembali kealam,
tetapi yang menjadi masalah adalah yang anorganik, yaitu penunjang dalam bentuk fisik,
seringkali tidak selaras dengan sistim alamiah. Ketidak selarasan dengan sistim yang
alamiah dapat memicu berbagai macam perubahan di alam. Oleh karena itu perlu adanya
suatu sikap memahami perilaku alam yaitu memperhatikan bagaimana ekosistimekosistim
dialam bersuksesi. Sistim-sistim di alam pada umumnya mempunyai siklussiklus
tertutup dan apabila dari siklus tersebut mengalami gangguan sampai batas tertentu
masih mampu untuk beradaptasi. Tetapi bila sudah melampau batas kemampuan adaptasi,
maka akan terjadi perubahan-perubahan, transformasi dan sebagainya. Perubahan siklus
di alam akan berdampak pada kualitas hidup manusia.
Sistim di alam Siklus tertutup dialam dan bila ada gangguan Sistim buatan manusia
Rangkaian akibat kegiatan manusia pada alam
Sumber : Heinz Frick
Kebutuhan hidup manusia dalam bentuk fisik seringkali memanfaatkan sumber daya
alam, seperti energi dan bahan bangunan tetapi juga memberikan dampak yang seringkali
tidak dapat diterima oleh alam. Apalagi dengan jumlah populasi manusia yang
berkembang pesat dan kemajuan teknologi yang makin canggih. Hal ini mempercepat
turunya kualitas alam dan rusaknya siklus ekosistim didalamnya. Dari sekian banyak
kebutuhan manusia dalam bentuk fisik salah satunya adalah bangunan serta sarana dan
prasarna sebagai wadah berlindung dan beraktivitas
Bangunan didirikan berdasarkan rancangan yang dibuat oleh manusia yang seringkali
lebih menekankan pada kebutuhan manusia tanpa memperhatikan dampaknya terhadap
alam sekitarnya. Seharusnya manusia sadar betapa pentingnya kualitas alam sebagai
penunjang kehidupan, maka setiap kegiatan manusia seharusnya didasarkan pada
pemahaman terhadap alam termasuk pada perancangan arsitektur. Pemahaman terhadap
alam pada rancangan arsitektur adalah upaya untuk menyelaraskan rancangan dengan
alam, yaitu melalui memahami perilaku alam., ramah dan selaras terhadap alam.
Keselarasan dengan alam merupakan upaya pengelolaan dan menjaga kualitas tanah, air
dan udara dari berbagai kegiatan manusia, agar siklus-siklus tertutup yang ada pada
setiap ekosistim, kecuali energi tetap berjalan untuk menghasilkan sumber daya alam.
Manusia harus dapat bersikap transenden dalam mengelola alam, dan menyadari bahwa
hidupnya berada secara imanen dialam. Akibat kegiatan atau perubahan pada kondisi
alamiah akan berdampak pada siklus-siklus di alam. Hal ini dimungkinkan adanya
perubahan dan transformasi pada sumber daya alam yang dapat bedampak pada
kelangsungan hidup manusia Pemikiran rancangan arsitektur yang menekankan pada
ekologi, ramah terhadap alam, tidak boleh menghasilkan bangunan fisik yang
membahayakan siklus-siklus tertutup dari ekositim sebagai sumber daya yang ada
ditanah, air dan udara.
Didalam ranah arsitektur ada pula konsep arsitektur yang menyelaraskan dengan alam
melalui menonjolkan dan melestarikan potensi, kondisi dan sosial budaya setempat atau
lokalitas, disebut dengan arsitektur vernacular. Pada konsep ini rancangan bangunan juga
menyelaraskan dengan alam, melalui bentuk bangunan, struktur bangunan, penggunaan
material setempat, dan sistim utilitas bangunan yang alamiah serta kesesuaian terhadap
iklim setempat. Sehingga dapat dikatakan arsitektur vernacular, secara tidak langsung
juga menggunakan pendekatan ekologi. Menurut Anselm (2006), bahwa arsitektur
vernacular lebih menonjolkan pada tradisi, sosial budaya masyarakat sebagai ukuran
kenyamanan manusia. Oleh karena itu arsitektur vernacular mempunyai bentuk atau style
yang sama disuatu tempat tetapi berbeda dengan ditempat yang lain, sesuai tradisi dan
sosial budaya masyarakatnya. Contohnya rumah-rumah Jawa dengan bentuk atap yang
tinggi dan bangunan yang terbuka untuk mengatasi iklim setempat dan sesuai dengan
budaya yang ada, kayu sebagai material setempat dan sedikit meneruskan radiasi
matahari.
Rumah Jawa (Arsitektur Vernacular) Arsitektur Vernacular
Arsitektur vernacular keselarasan terhadap alam sudah teruji dalam kurun waktu yang
lama, sehingga sudah terjadi keselarasan terhadap alam sekitarnya. Pada arsitektur
vernacular, wujud bangunan dan keselarasan terhadap alam lahir dari konsep social dan
budaya setempat.
3. Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur.
Ada berbagai cara yang dilakukan dari pendekatan ekologi pada perncangan
arsitektur, tetapi pada umumnya mempunyai inti yang sama , antara lain : Yeang (2006),
me-definisikannya sebagai: Ecological design, is bioclimatic design, design with the
climate of the locality, and low energy design. Yeang, menekankan pada : integrasi
kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan,
konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah,
diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk,
konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, warna. Integrasi
tersebut dapat tercapai dengan mulus dan ramah, melalui 3 tingkatan; yaitu yang pertama
integrasi fisik dengan karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan tanah, topografi,
air tanah, vegetasi, iklim dan sebagainya. Kedua, integrasi sistim-sistim dengan proses
alam, meliputi: cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan limbah cair, sistim
pembuangan dari bangunan dan pelepasan panas dari bangunan dan sebagainya. Yang
ketiga adalah, integrasi penggunaan sumber daya yang mencakup penggunaan sumber
daya alam yang berkelanjutan. Aplikasi dari ketiga integrasi tersebut, dilakukannya pada
perancangan tempat tinggalnya, seperti pada gambar :
Menurut Metallinou (2006), bahwa pendekatan ekologi pada rancangan arsitektur
atau eko arsitektur bukan merupakan konsep rancangan bangunan hi-tech yang spesifik,
tetapi konsep rancangan bangunan yang menekankan pada suatu kesadaran dan
keberanian sikap untuk memutuskan konsep rancangan bangunan yang menghargai
pentingnya keberlangsungan ekositim di alam. Pendekatan dan konsep rancangan
arsitektur seperti ini diharapkan mampu melindungi alam dan ekosistim didalamnya dari
kerusakan yang lebih parah, dan juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya
secara fisik, sosial dan ekonomi.
Pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, Heinz Frick (1998), berpendapat
bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur,
karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun
mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung juga
dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik bangunan. Ini menunjukan bahwa
eko arsitektur bersifat kompleks, padat dan vital. Eko-arsitektur mengandung bagianbagian
arsitektur biologis (kemanusiaan dan kesehatan), arsitektur surya, arsitektur bionik
(teknik sipil dan konstruksi bgi kesehatan), serta biologi pembangunan. Oleh karena itu
eko arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang.
Perbandingan siklus energi, materi pada rumah biasa dan rumah ekologis



Pada pendekatan ekologi, ada berbagai macam sudut pandang dan penekanan, tetapi
semua mempunyai arah dan tujuan yang sama, yaitu konsep perancangan dengan :
*Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu mengurangi dampak
yang lebih parah dari pemanasan global, melalui pemahaman prilaku alam.
*Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan siklus-siklus
ekosistim didalamnya, melalui sikap transenden terhadap alam tanpa melupakan
bahwa manusia adalan imanen dengan alam.
*Pemikiran dan keputusan dilakukan secara holistik, dan kontekstual
*Perancangan dilakukan secara teknis dan ilmiah.
*Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi melalui
sistim-sistim dalam bangunan yang selaras dengan alam, dan lingkungan sekitarnya.
*Penggunaan sistim-sistim bangunan yang hemat energi, diutamakan penggunaan
sistim-sistim pasif (alamiah), selaras dengan iklim setempat, daur ulang dan
menggunakan potensi setempat.
*Penggunaan material yang ekologis, setempat, sesuai iklim setempat, menggunakan
energi yang hemat mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan pada
bangunan dan kemungkinan daur ulang.
*Meminimalkan dampak negatif pada alam, baik dampak dari limbah maupun
kegiatan.
*Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan vegetasi
dan habitat mahluk hidup
*Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.
*Menuju pada suatu perancangan bangunan yang berkelanjutan.
Dari pemikiran pendekatan diatas akan muncul pertimbangan-pertimbangan yang sangat
kompleks dan saling berhubungan secara timbal balik. Oleh karena itu dalam pendekatan
ekologis memerlukan pemecahan secara interdisipliner, yaitu keterlibatan berbagai
macam disiplin ilmu untuk mendapatkan hasil perancangan yang optimal bagi manusia
dan alam.
Pada pendekatan ekologi, ada berbagai macam sudut pandang dan penekanan, tetapi
semua mempunyai arah dan tujuan yang sama, yaitu konsep perancangan dengan :
*Mengupayakan terpeliharanya sumber daya alam, membantu mengurangi dampak
yang lebih parah dari pemanasan global, melalui pemahaman prilaku alam.
*Mengelola tanah, air dan udara untuk menjamin keberlangsungan siklus-siklus
ekosistim didalamnya, melalui sikap transenden terhadap alam tanpa melupakan
bahwa manusia adalan imanen dengan alam.
*Pemikiran dan keputusan dilakukan secara holistik, dan kontekstual
*Perancangan dilakukan secara teknis dan ilmiah.
*Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi melalui
sistim-sistim dalam bangunan yang selaras dengan alam, dan lingkungan sekitarnya.
*Penggunaan sistim-sistim bangunan yang hemat energi, diutamakan penggunaan
sistim-sistim pasif (alamiah), selaras dengan iklim setempat, daur ulang dan
menggunakan potensi setempat.
*Penggunaan material yang ekologis, setempat, sesuai iklim setempat, menggunakan
energi yang hemat mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan pada
bangunan dan kemungkinan daur ulang.
*Meminimalkan dampak negatif pada alam, baik dampak dari limbah maupun
kegiatan.
*Meningkatkan penyerapan gas buang dengan memperluas dan melestarikan vegetasi
dan habitat mahluk hidup
*Menggunakan teknologi yang mempertimbangkan nilai-nilai ekologi.
*Menuju pada suatu perancangan bangunan yang berkelanjutan.
Dari pemikiran pendekatan diatas akan muncul pertimbangan-pertimbangan yang sangat
kompleks dan saling berhubungan secara timbal balik. Oleh karena itu dalam pendekatan
ekologis memerlukan pemecahan secara interdisipliner, yaitu keterlibatan berbagai
macam disiplin ilmu untuk mendapatkan hasil perancangan yang optimal bagi manusia
dan alam.





Jika system ekologi tidak diterapkan dalam Arsitektur maka akan menimbulkan :
•    Setiap orang akan seenaknya saja membangun atau mendirikan bangunan sehingga penataan tata letak bangunan tidak beraturan.
•    Jaringan yang ada didalam rumah pun kusut dan tak beraturan
•    Sistim perairan akan tercemar
•    Polusi udara meningkat
•    Pemanasan global terjadi dimana – mana
•    Hasil alam akan dipakai seenaknya dan tidak ada penanggulangan kembali
•    Keadaan didalam bangunan tersebut tidak nyaman juga sebaliknya
•    Dll